

Populasi dunia yang semakin menua serta kondisi kesehatan yang kronis akan membuat semakin menambahnya jumlah difabel di dunia. Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan pada tanggal 3 Desember yakni sebagai Hari Penyandang Disabilitas Internasional pada tahun 1992 untuk dapat menemukan solusi atas segala kesulitan serta masalah yang dihadapi oleh para penyandang difabel. Sebelumnya WHO telah menekankan bahwa keterbatasan fisik sebagai hak asasi manusia.
Total 7 milyar penduduk yang ada di dunia pada tahun 2021, 15% diantaranya merupakan penyandang difabel. Sedangkan dalam jumlah 15% tersebut, 80% tinggal di negara berkemabang. Dengan demikian PBB pada tahun 2021 memperingati Hari Disabilitas Internasional yang sebelumnya jatuh pada tahun 1992.
Tujuannya untuk membantu memperjuangkan hak serta kesejahteraan penyandang difabel yang ada di semua bidang serta pembangunan. Hal tersebut juga dibuat untuk meningkatkan kesadaran pada setiap aspek kehidupan baik itu dalam bidang ekonomi, budaya, sosial, maupun politik.
Pandemi Covid 19 yang belum juga usai, WHO memberikan sejumlah keterangan bahwa tidak seharusnya para penyandang difabel dipinggirkan. Diperlukan sistem yang tepat dalam hal kesehatan yang lebih kuat supaya para penyandang difabel tersebut bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang sesuai. Nah, berikut ini beberapa hal yang diperlukan dan lebih ditekankan untuk para penyandang difabel antara lain.
Pemerintah memiliki kepedulian terhadap hak para penyandang difabel. Nah, salah satu bentuk kepeduliannya yakni dengan Pembentukan Komisi Disabilitas. Pembentukan Komnas tersebut sebagai bentuk perlindungan serta penghormatan hak bagi para penyandang difabel.
Terdapat 22% penyangga difabel yang usianya dewasa. Untuk masalah pendidikan, data BPS akan memberikan sejumlah akses pendidikan untuk kaum difabel yang tergolong masih rendah. 30,7% penyandang difabel tidak lulus atau tidak tamat sekolah pendidikan tingkat menengah. Sedangkan untuk yang berhasil lulus dari perguruan tinggi ada kurang lebih 17,6% dari total penyandang difabel.
Selama setahun terakhir ini terjadi peningkatan jumlah penyandang difabel yang cukup signifikan terkait dengan ketersediaan pendidikan inklusi. Tetapi disisi lain jumlah peserta didik yang ada di pendidikan inklusif tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Tahun-tahun sebelumnya yakni 2019 ada 59.000 sekolah yang menyediakan pendidikan inklusi. Sedangkan pada tahun 2020 ada sekitar 99.000 sekolah pendidikan inklusi. Jumlah peserta didik tahun 2019 yakni sebanyak 17.473 dan tahun 2020 sekitar 17.558 peserta didik.
Dalam hal ini Kemendikbud akan memberikan peningkatan layanan yang khusus dalam kelas inklusi. Tetapi semua itu akan dilakukan secara bertahap, karena mengingat bahwa pendidikan SD terdapat 149 ribu. Apa tujuan dari pendidikan inklusi? Pendidikan inklusi mempunyai tujuan yakni untuk bisa memberikan kesempatan yang luas untuk semua peserta didik penyandang difabel.
Tahun ajaran 2020-2021, di Indonesia mempunyai kurang lebih sekitar 2.250 sekolah untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus pada berbagai jenjang pendidikan. Nah, dari jumlah berikut, 2.017 sekolah SLB. Rinciannya yakni 1.465 SLB yang statusnya swasta serta 552 SLB berstatus negeri.
Sekolah Dasar Luar Biasa ada sekitar 115 unit dengan 32 miliki pemerintah serta 23 milik swasta. Selain itu juga ada 67 sekolah menengah pertama luar biasa dan 62 unit diantaranya milik pihak swasta. SMLB yang jenjang tertinggi untuk anak yang memiliki kebutuhan kasusnya paling sedikit yaitu hanya 51 unit dengan rincian 45 SMLB yang berstatus swasta serta 6 SMLB yang statusnya negeri.
Jumlah difabel di dunia terbilang cukup rentang pada kemiskinan yang ada pada setiap nagar. Baik itu diukur dari indikator ekonomi tradisional misalnya seperti PDB maupun secara keseluruhan dalam aspek keuangan non moneter seperti standar hidup, contohnya kesehatan, kondisi kehidupan serta pendidikan.
Bagi para penyandang difabel perempuan mempunyai risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan penyandang difabel laki-laki. Terkait dengan terbatasnya peluang suatu pengembangan dan pendidikan keterampilan. Tetapi sekarang ini sudah ada banyak sekolah yang didirikan untuk para penyandang difabel supaya dapat merasakan pendidikan yang setara dengan orang lain pada umumnya. Hal itu dapat digunakan untuk lebih mengasah keterampilan agar tingkat kemiskinan dapat menurun.
Sebanyak 785 juta perempuan serta laki laki dengan disabilitas ada pada usia kerja, tetapi yang lebih dominan dari mereka yakni tidak bekerja. Mereka bekerja umumnya mempunyai pendapatan yang relatif kecil jika dibandingkan dengan pekerja yang non difabel pada perekonomian informal dengan perlindungan sosial yang minim maupun yang tidak sama.
15% jumlah disabilitas di dunia dikucilkan dari angkatan kerja sehingga mengakibatkan kehilangan PDB sekitar 3-7%. Para penyandang difabel seringkali dikucilkan dari dunia pelatihan kejuruan, peluang kerja, serta dunia pendidikan. Nah, 90% lebih anak dengan status difabel pada negara berkembang tidak sekolah sedangkan 1% perempuan difabel tidak dapat membaca.
Pekerjaan yang produktif dan lebih layak akan memungkinkan untuk penyandang difabel mewujudkan aspirasi mereka serta meningkatkan aspirasi kehidupan dan partisipasi secara aktif dalam masyarakat. Jumlah difabel di dunia tergolong cukup banyak dan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Maka dari itu, pemerintah memberikan sebuah layanan bagi para penyandang difabel dengan adanya kepedulian membangun sekolah serta memberikan aspirasi yang positif dan memberikan semangat hidup jangka panjang.
Keyword: Jumlah Difabel di Dunia